Awal abad 21, Jamrud khatulistiwa
kedatangan tamu idiologi baru yang dikenal dengan sebutan ‘Pemikiran
Liberal’, mereka mengajak memprovokasi dan memaksa publik muslim agar
membuang hazanah pusaka warisan leluhurnya ke tong-tong sampah. Setelah
itu mereka mengajak berdialog untuk merumuskan agama baru yang
beridentitaskan;
- Akal sebagai tuhannya
- Pemikir-pemikir orientalis sebagai para nabi
- Buku-buku orientalis sebagai kitab suci
- Salman Rusydi sebagai wali kutub
- The Satanic Verses sebagai satu-satunya referensi suluk
- Mencaci maki para nabi, sahabat, tabi’in dan para ulama sebagai ritual resmi
Kalau pemikiran-pemikiran seperti itu
terlanjur menghegemoni pemahaman publik muslim, tidak mustahil suatu
saat ketika terdengar nama Iblis disebut, spontan orang-orang akan
menjawab ‘Rodiyallahu ‘Anhu’. Na’udzubillah.
Berangkat dari situ, kami yang miskin ilmu, pemahaman, informasi dan bacaan, untuk kedua kalinya diutus guru kami, K.H. Muh. Najih Maemoen,
untuk ikut memberi sedikit kontribusi kepada umat Islam agar tetap
konsis dengan Islamnya Muhammad SAW. dengan metode pemahaman sahabat;
generasi terbaik umat ini, setelah dulu kami juga diperintah menulis
sekilas jawaban terhadap pemikiran liberal yang berjudul; “Ancaman dan Bahaya Islam Liberal”.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar