Judul: Musyawarah Buku: Menyusuri Keindahan Islam dari Kitab ke Kitab
Penulis: Khaled Abou El Fadl
Penerjemah: Abdullah Ali
Penerbit: Serambi, Jakarta
Cetakan: Sptermber 2002
Tebal: 223 halaman
Suatu ketika, dahulu, ada saat di mana para sarjana muslim menempatkan
aktifitas menulis sebagai kerja kesalehan. Olehnya, di setiap akhir mukadimah
buku yang mereka susun, kurang lebih, mereka menulis begini, “Ini adalah upaya
saya. Sekiranya saya benar, maka ini adalah rahmat Tuhan; dan sekiranya saya
salah, saya memohon ampun kepada-Nya.” Kalimat yang begitu indah nan sarat
makna. Namun, sayang sekali, keyakinan bahwa menulis
sebagai bentuk kerja kesalehan ini merupakan satu dari begitu banyak hal yang
terhapus dari memori masyarakat muslim kontemporer. Lewat buku berjudul ini, Musyawarah
Buku, Khaled Abou El Fadl, Guru Besar Hukum Islam di Univesitas Princeton,
New Jersey, Amerika Serikat, maujud untuk mengingatkan umat Islam akan
tradisi-tradisi yang mereka lupakan.
Untuk kategori buku yang memuat perihal khazanah kesarjanaan jurisprudensi
Islam klasik, buku ini tergolong unik dari sisi penyajiannya. Abou El Fadl
menghadirkan buku ini dalam bentuk dialogis; musyawarah imajiner dengan
karya-karya para sarjana muslim klasik, semisal al-Thabari (w. 923 M.), Ibnu
Rusyd (w. 1198 M. [di Barat Ibnu Rusyd diidentifikasi dengan nama Avverous]),
dan masih banyak lagi. Walhasil, gaya dialogis buku ini mampu menghadirkan
wacana Islam klasik yang sejatinya rumit menjadi “nyaman” dicerna. Bagi Abou El
Fadl, teks-teks klasik Islam adalah gudang pemikian masa lalu untuk menjaga
pikiran generasi masa depan. Dengan demikian, pikiran masa lalu juga dapat
digunakan untuk menyampaikan pikiran generasi masa kini.
Dalam batas tertentu, membaca Musyawarah Buku boleh jadi
mengingatkan kita pada gaya Jostein Gaarder dalam menyajikan ragam wacana
filsafat lewat novel Dunia Sophie. Akan tetapi, sisi lain yang menarik
dari karya Abou El Fadl ini adalah kemampuannya dalam menyajikan realita ironi
yang menghiasi hidup para sarjana muslim klasik ketika bersentuhan dengan
kekuasaan. Tengok saja sepenggal kutipan berikut:
Mata saya beralih ke buku-buku karya Ibn Taymiyah (w. 782 H/1328 M.),
yang pada masanya sangat kontroversial dan mungkin lebih mudah mengundang
perselisihan, tapi justru sangat unik. Dewasa ini, setiap orang menyebutnya dan
sangat sedikit yang memahaminya. Pada masanya sekalipun, dia membuat bingung
teman dan musuhnya. Para pencelanya menuduhnya gila, dan dia merana meninggal
di penjara. Saya merinding membayangkan betapa dia seringkali dipukuli karena
keyakinannya dan betapa dia menikmati penderitaannya itu! Tetapi, bukankah
siksaan selalu menjadi akte-ketulusan yang dikeluarkan untuk kelompok yang
paling cerdas dan berani? (h. 25)
Tidak berhenti pada ironi masa lalu, Abou El Fadl juga menghadirkan banyak
ironi masa kini, melalui kacamata masa lalu, yang belakangan sangat tampak di
wajah umat Islam, seperti kekerasan terhadap perempuan, kasus terorisme yang
berakar pada kurangnya pemahaman akan warisan tradisi, dan kecenderungan
mayoritas umat Islam yang acuh terhadap signifikansi buku.
Sejarah dan kebudayaan Islam merespons secara konkret dan jelas: Ratusan
wakaf sepanjang sejarah Islam diberikan untuk mendukung
universitas-universitas, para ulama, dan beasiswa. Sebagai muslim yang mencari
Tuhannya, mereka menemukan keberagaman dan keagungan luar biasa pada makhluk
dan ciptaan Tuhan. Mereka menemukan dan memperkaya warisan Yunani, Persi,
Romawi, Israel, dan Arab. Ribuan musyawarah bermunculan di seluruh wilayah kaum
muslim ketika Islam kembali memperkenalkan dunia kepada Peradaban buku. Selama
beberapa abad, mayoritas jalan menuju pengetahuan telah melewati Islam….
Jalan kaum muslim menuju pengetahuan terintangi oleh dogma, sikap
apologetis, kemalasan, dam kebodohan yang sebenarnya tidak rumit. Tapi
kebanyakan, jalan kaum muslim terintangi oleh sikap acuh tak acuh yang nyaris
sempurna terhadap nilai akal dan peran yang dimainkannya dalam mencari
pengetahuan. Kaum muslim dewasa ini lebih suka membangun gedung-gedung
ketimbang pikiran….
Masalahnya muncul ketika setiap muslim yang kaya lebih suka membangun
gedung ketimbang menyokong pemikiran, dan ketika kaum muslim melupakan nilai buku
meskipun ada fakta bahwa agama mereka didasarkan pada sebuah kitab yang
berbicara tentang peran buku-buku.
Walhasil, buku ini harus juga dilihat dalam konteks penulisnya sebagai
seorang Guru Besar Hukum Islam yang mukim di Barat. Seperti buku-bukunya yang
lain, pucuk pemikiran Abou El Fadl sekedar menambahkan dua persoalan umat Islam
dalam tesis yang diajukan oleh pemikir muslim kelahiran Aljazair namun mukim di
Perancis, Mohammed Arkoun, yakni (1) yang tak terpikir (unthought);
dan (2) yang tak terpikirkan (unthinkable). Bagi Abou El Fadl, di
samping kedua persoalan ini, umat Islam dewasa ini terjerembab dalam apa yang
disebut olehnya dengan “yang terlupakan” (forgotten) tentang warisan
tradisi moralitas plus kesalehan intelektual yang ditinggalkan oleh para
sarjana muslim klasik. Kita tak boleh lupa, bahwa di samping persoalan halal
dan haram dalam doktrin keagamaan, ada pula soal pantas dan tak pantas yang
niscaya dihitung. Dan, ini soal keindahan dalam warisan intelektual. Soal
estetika yang diaku oleh semua agama.
Sekarang, tiba waktu salat subuh, dan fajar masuk melalui
jendela-jendela, menyeru agar Musyawarah diakhiri. Sebagaimana biasa, sebagai
kilasan terakhir saya membaca Ibn al-Kutub (Putra Buku) Jalal al-Din al-Suyuthi
(w. 911 H/1505 M.), yang diberi nama menurut kelahirannya di atas tumpukan
buku-buku. Nasibnya, sejak saat itu, terkucil, dan hidupnya menghasilkan
beberapa tulisan yang sangat dalam. Dia suka menolak semua jabatan atau hadiah
yang diberikan kepadanya, karena apa manfaat yang bisa diberikan semua itu!
Pada usia empat puluh tahun, dia mengisolasi diri dari semua orang dan
melewatkan sisa hidupnya dengan buku-bukunya. Dia melahirkan dan dilahirkan
kembali setiap hari di atas tumpukan buku-buku yang sama. Ibn al-Kutub, nama
yang sungguh pas untuk seorang ahli pikir dari Paradaban Buku, sebuah peradaban
yang dibentuk untuk memenuhi anjuran Kitab Tuhan Mahaagung.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer