PLURALISME AGAMA
Definisi
Pluralisme
berasal dari plural yang berarti banyak atau beragam, definisi empiris sesuai
dengan gagasan pluralisme agama (PA) yang selama ini dikembangkan para
aktivis-aktivisnya adalah suatu faham yang mengajarkan bahwa semua agama sama.
Kata
orang-orang liberal, istilah semua agama sama dalam artian sama-sama
mengajarkan kebajikan, menyembah Tuhan yang Esa. Karenanya, semua pemeluk agama
harus mengedepankan sikap toleran terhadap pemeluk agama lain.
Bagus
memang wacana seperti itu, tapi yang menjadi blunder adalah pada tataran
praktek operasional sosial masyarakat, mereka mencampur adukkan antara prinsip
ekslusif dan inklusif yaitu kapan seorang pemeluk agama bersikap toleran atau
tidak sama sekali. Buktinya mereka dengan seenaknya berkampanye kawin beda
agama tanpa batas (wanita muslimah boleh dikawini non muslim), menghadiri
perayaan hari raya umat lain dan masalah-masalah lainnya yang menuntut seorang
pemeluk agama bersikap ekslusif tapi mereka paksa bersikap inklusif.
Jadi,
sebetulnya pluralisme itu tidak ada masalah kalau antara wacana dan praktek
operasional tidak terjadi penyelewengan. Dulu Rasulullah menterjemahkan dengan
sempurna dalam komunitas yang majemuk plural ketika Beliau sudah berada di
Madinah ada komunitas Islam, Yahudi, Nashrani dan kaum Paganis. Tapi Beliau
konsis pada wacana pluralisme.
ANTARA
MANUSIA, AGAMA DAN TUHAN
1.
Manusia dan Akal
Manusia
terlahir dalam keadaan bodoh, tidak tahu apa-apa, kemudian Allah menfungsikan
indera pendengaran, penglihatan serta akalnya.
والله
أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلكم
تشكرون. (النحل :
78)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.”
Dengan
itu semua, manusia bisa tahu apa-apa, tahu kebutuhan terhadap suatu aturan
hidup, tak lain adalah agama, tapi pengetahuan manusia dibatasi indera itu
sendiri, telinga mendengar berita tentang benar salahnya masih membutuhkan mata
untuk menyaksikan kebenaran berita tersebut. Mata juga potensial untuk
membohongi kenyataan.
وترى الجبال تحسبها جامدة وهي تمر مر السحاب (النمل:
88).
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu
sangka dia tetap di tempatnya padahal ia berjalan seperti jalannya awan.”
Dan akal yang merupakan indera paling sempurna
juga sangat rentan terhadap kesalahan, sebab apa yang dihasilkan pemikiran akal
dalam satu masalah berbeda-beda. Ini terjadi karena akal manusia dikelilingi
oleh ruang dan waktu. Jadi, apa yang terjadi pada masa tertentu itulah yang
mempengaruhi pemikiran manusia dan logis kalau dikatakan bahwa kebenaran akal
sangatlah relatif.
Dalam
masalah yang paling gamblang saja, manusia sampai yang paling cerdik sekalipun
tetap hoby untuk berbeda yaitu tentang hakikat wujud dan eksistensinya yang tak
lain wujudnya Tuhan dan keEsaan-Nya. Ada yang berkata manusia wujud dengan
sendirinya tanpa ada yang menciptakannya, alam semesta serta apa saja yang
terjadi di dalamnya hanya faktor kebetulan saja yang berperan. Ada lagi seorang
tokoh filsafat materialistis yang berkata, “tak benar Tuhan menciptakan manusia,
yang benar adalah manusialah yang menciptakan Tuhan”. Itulah akal
manusia-manusia atheis dan kita jumpai lagi manusia-manusia yang bertuhan, tapi
kata mereka; “Tuhan tidak berdaya kalau tidak punya partner kerja” dan akhirnya
ada yang menyembah malaikat, syetan, manusia, batu, pohon-pohon rindang,
matahari, bulan, gunung, sungai dll. Semuanya mengaku paling berakal, paling
benar dan yang lain salah, dan itulah anggapan manusia-manusia yang mendewakan
akal.
الذين ظل سعيهم في الحياة الدنيا وهم يحسبون أنهم يحسنون
صنعا. (الكهف: 104).
“Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
2. Apa Agama Manusia ?
Agama adalah interaksi antara hamba dengan Tuhannya
disertai penyerahan diri. Ada yang mengklasifikasikan agama samawi dan wadh’i
(buatan manusia), tapi sebetulnya yang orisinil adalah agama samawi, sebab
kalau ditanya kapan agama itu ada, tentu jawabnya sejak manusia itu ada. Dan
untuk mengetahui apa agama manusia itu, tentu harus mengetahui siapa manusia
pertama, nenek moyang manusia. Sekarang kita lihat komentar manusia tentang hal
ini.
Charles Robeth Darwin, ilmuan Inggris (1809-1882 M)
berkata bahwa nenek moyang manusia adalah kera, juga filosof Jerman Neitzsche (1844-1900
M) manusia adalah mata rantai antara kera menuju superman sebagai bukti
kebenaran teori ini mereka mengumpulkan fosil-fosil manusia purba sebagai obyek
penelitian. Dan akhirnya dunia ilmu pengetahuan hampir satu abad lebih
dibohongi oleh teori ini. Sebab setelah diteliti ulang, gigi asli dari
fosil-fosil itu diganti dengan gigi-gigi babi yang bertaring.
Itulah manusia-manusia yang mendewakan akal sampai
perkara-perkara yang tidak mungkin dijangkau akal mereka berani membuatkan
teori. Memang manusia dibekali akal untuk berfikir, tapi harus ingat bahwa
metodologi untuk mengetahui sesuatu (Thuruqul
Ilmi) itu bukan hanya akal saja, tapi ada perkara-perkara
yang hanya bisa diketahui lewat kabar, seperti; siapakah manusia pertama. Sebab
ini termasuk kategori gaib, tidak bisa dibuktikan dengan penglihatan mata
karena jauhnya ruang dan waktu, entah sudah berapa ribu abad lamanya. Juga
masalah apakah manusia setelah mati akan hidup lagi atau tidak, semua itu tidak
bisa dijangkau dengan akal, hanya kabar otentiklah yang bisa berkomentar.
Sekarang semua kabar itu dapat dipercaya kebenarannya?
Tentu tidak, dan disinilah muncul metode ketiga yaitu kolaborasi antara kabar
dan rasio (al-Murokkab mina al-Sam’I wa al-Aqli), sebab untuk mengetahui kabar itu otentik atau tidak
membutuhkan kinerja akal dengan cara mencari bukti-bukti peristiwa yang
dikabarkan, semisal; peninggalan-peninggalan sejarah atau menyeleksi para
informan. Mungkinkah para informan itu sepakat berbohong atau tidak? Setelah
itu baru kita membuat sketsa peristiwa tersebut mungkin atau mustahil terjadi.
Sebetulnya metode ini sudah dikenal dan disepakati
sejak zaman dahulu dan sampai kapanpun, apalagi manusia modern sekarang, hampir
setiap waktu tidak lepas dari informasi-informasi actual dan terkini ditunjang
kemajuan teknologi sehingga mampu menyaksikan langsung informasi tersebut
melalui media elektronik.
Tapi secara teoritis, sejak dulu hanya umat Islamlah
yang mampu mengoperasionalkannya dengan sistematis, sehingga menjadi sebuah
disiplin ilmu, yaitu ilmu periwayatan hadits yang narasumber utamanya adalah
Rasulullah SAW. dari malaikat Jibril dari Allah Tuhan semesta alam.
Dari narasumber inilah kita bisa menembus jarak ruang
dan waktu sehingga kita bisa tahu apa saja yang sudah terjadi, termasuk siapa
nenek moyang manusia, siapa yang menciptakannya, dari apa dia diciptakan, agama
apa yang diajarkan dll. Juga peristiwa apa yang akan terjadi sepeninggal
Beliau, bahkan setelah manusia mati akan ke mana dan informasi-informasi yang
tidak mungkin dinalar lainnya.
Tentang kebenaran nara sumber ini, bisa kita seleksi
dengan akal, Beliau punya peninggalan-peninggalan sejarah berupa kitab suci
al-Qur’an, sabda-sabda Beliau terekam rapi, kota Mekah beserta Ka’bah, Madinah
dan masjid Nabawi, semuanya masih ada. Bahkan di sebelah masjid Nabawi ada
makam yang kalau siapa saja ditanya kuburan siapakah itu, pasti akan menjawab;
itu kuburan Muhammad bin Abdillah yang hidup 14 abad yang lalu (570-632 M).
Informasi semacam ini dalam ilmu hadits disebut Kabar Mutawatir, yaitu kabar yang
disampaikan hanya orang dari generasi ke generasi yang mustahil mereka semua
sepakat untuk berbohong. Sebab, sangat tidak rasional orang tidak percaya bahwa
sekitar 300 SM (322-384 SM) di belahan Benua Eropa, tepatnya di Yunani ada seorang
filosof yang dijuluki ‘Muallim awwal’ guru pertama manusia dalam berfikir yaitu
Aristoteles, sebab dia punya peninggalan sejarah berupa karya-karya tulis yang
menjadi referensi induk disiplin ilmu logika (mantiq).
Tentang Beliau seorang Nabi, bukan filosof, sastrawan,
tukang sihir, atau dukun serta karakter amanah tidak pernah berbohong dengan
apa yang dikatakan, juga bisa dibuktikan dengan mu’jizat abadi Beliau berupa
al-Qur’an yang menantang siapa saja dan kapan saja untuk menandingi-nya juga
bisa dengan akal obyektif (rasional) bahkan juga klenik (Irrasional).
Dari kelompok rasionalis, bisa diwakili Ahli Kitab
seperti, Hercules I (hiroqla I) salah seorang yang masuk dalam jajaran
pahlawan-pahlawan bangsa Barat yang hidup semasa dengan Rasulullah yang mampu
mengalahkan pesaing utamanya bangsa Persi untuk menguasai dunia.
Apa komentarnya tentang Rasulullah?, Imam al-Bukhori
menceritakan pada awal-awal kitab Shohihnya dari Ibnu Abbas bahwa Abu Sufyan
bercerita bahwa Hiroqla telah memanggilnya ketika dia sedang berdagang di Syam
pada masa Shulhul Hudaibiyah, untuk ditanyai tentang orang yang mengaku sebagai Nabi
(Muhammad).
...وقال
للترجمان: قل له، سألتك عن نسبه فذكرت أنه فيكم ذو نسب فكذلك الرسل تبعث في نسب
قومها.
“Hiroqla berkata kepada penerjemah:
katakanlah pada Abu Sufya.”
وسألتك هل
قال أحد منكم هذا القول، فذكرت أن لا، فقلت: لو كان أحد قال هذا القول قبله لقلت
رجل يأتسي بقول قيل قبله.
“Aku bertanya kepadamu, apakah ada orang
sebelum dia yang mengucapkan seperti itu?, kamu menjawab: tidak, aku berkata:
kalau ada yang berkata itu sebelumnya, maka aku akan berkata dia mengikuti
ucapan orang sebelumnya.”
وسألتك هل
كان من آبائه من ملك فذكرت أن لا قلت: فلو كان من آبائه من ملك قلت : رجل يطلب ملك
أبيه.
“Aku bertanya kepadamu: apakah diantara
bapak-bapaknya ada yang pernah menjadi raja?, kamu menjawab: tidak, aku
berkata: kalau diantara bapaknya ada yang pernah menjadi raja, maka aku akan
berkata dia menuntut kerajaan bapaknya.”
وسألتك هل
كنتم تتهمونه بالكذب قبل أن يقول ما قال فذكرت أن لا فقد أعرف أنه لم يكن ليذر
الكذب على الناس ويكذب على الله.
“Aku bertanya kepadamu, apakah kalian
mencurigainya berbohong sebelum mengucapkan apa yang dia ucapkan?, kamu
menjawab: tidak, aku telah mengetahui bahwa dia mungkin mau berbohong kepada
manusia dan berbohong kepada Allah.”
وسألتك أشراف الناس اتبعوه أم ضعفاؤهم فذكرت أن
ضعفاؤهم اتبعوه وهم أتباع الرسل.
“Aku bertanya kepadamu: apakah yang
mengikutinya orang-orang terkemuka atau orang-orang yang lemah?, kamu menjawab:
orang lemahlah yang menjadi pengikutnya dan itulah pengikut para Rasul.”
وسألتك أيزيدون أم ينقصون فذكرت أنهم يزيدون وكذلك
أمر الإيمان حتى يتم.
“Aku bertanya kepadamu: apakah pengikutnya
bertambah atau berkurang?, kamu menjawab: mereka terus bertambah begitupula
Iman akan terus bertambah sampai sempurna.”
وسألتك
أيرتد أحد سخطة لدينه بعد أن يدخل فيه فذكرت أن لا، وكذلك الإيمان حين تخالط
بشاشته القلوب.
“Aku bertanya kepadmu: apakah ada yang
murtad karena membenci agamanya (Muhammad) setelah memeluknya?, kamu menjawab:
tidak, begitupula iman ketika sudah menyatu dengan hati.”
وسألتك هل يغدر فذكرت أن لا وكذلك الرسل لا تغدر .
“Aku bertanya kepadamu: apakah dia
berkhianat?, kamu menjawab: tidak, begitupula para Rasul tidak pernah
berkhianat.”
وسألتك بما
يأمركم فذكرت أنه يأمركم أن تعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا وينهاكم عن عبادة
الأوثان ويأمركم بالصلاة والصدق والعفاف.
“Aku
bertanya kepadamu: apa yang dia perintahkan?, kamu menjawab: dia memerintahkan
agar menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan apapun dan melarang
menyembah berhala, memerintah melakukan Sholat, jujur dan menjaga diri.”
Itulah pengakuan kelompok rasional, kemudian terakhir
dia berkata:
فإن كان ما
تقول حقا فسيملك موضع قدميّ هاتين وقد كنت أعلم أنه خارج لم أكن أظنه أنه منكم ...
“Kalau apa yang kau ucapkan benar, maka dia
akan menguasai kerajaanku, aku telah mengetahuinya dia akan muncul tapi aku
tidak pernah tahu kalau dia dari bangsamu.”
Tapi
sayang, komentar obyektif ini tidak dibarengi dengan reaksi positif iman kepada
Rasulullah. Karena nalar warasnya diracuni hawa nafsu, hilangnya kekuasaan dan
takut dibunuh oleh pengikutnya. Akibatnya, terjadilah apa yang dia katakan
sendiri. Pada tahun 13 H. (634 M) dia terpaksa melarikan diri
dari Baitul Maqdis karena dipukul tentara Umar bin Khattab.
Sekarang dari kelompok irrasional, bangsa Persi
(penyembah api) bisa mewakili kelompok ini. Karena mereka pecandu klenik maka
pada waktu lahirnya Rasulullah mereka diberi sinyal-sinyal klenik yang kapan
saja bisa meledak menghancurkan peradaban bangsa Persi. Sinyal-sinyal itu
berupa ambruknya istana Kisro, padamnya api sesembahan mereka yang sudah seribu
tahun belum pernah padam serta mimpi Mubidzan (specialis klenik kerajaan Persi)
seperti yang ditulis Ibnu Katsir dalam al-Bidayah
wa al-Nihayah (juz: II, hal: 268-272),
beliau menukil dari kitab Hawatiful
Jaan milik al-Hafidz Abu Bakar Muhammad bin Ja’far bin Sahl
al-Khoroithi. Dia (Mubidzan) bermimpi melihat unta liar menggiring kuda Arab melewati
sungai Dajlah dan merambah ke negeri mereka. Lalu paginya dia menghadap Kisro
dan menceritakan perihal mimpinya, langsung Kisro mengumpulkan pejabat-pejabat
kerajaan, setelah itu datang berita padamnya api sesembahan bangsa Persi, lalu
Kisro bertanya kepada Mubidzan, apa yang akan terjadi? Dia menjawab: peristiwa
besar muncul dari semenanjung Arab, lalu Kisro mengirim surat pada raja Arab,
Nu’man bin Mundzir agar mendatangkan seorang supranatural dan dia mengirim
Abdul Masih al-Ghossani. Setelah datang dia berkata bahwa ta’wil mimpi itu yang
tahu hanyalah pamannya yang tinggal di negeri Syam bagian timur yang bernama
Satih, lalu Abdul Masih disuruh menanyakan pada pamannya dan setelah bertemu
Satih berkata: munculnya Nabi dari bangsa Arab yang akan memusnahkan kerajaan
Persi.
Dan pada masa kenabian, mereka menerima surat dari
Rasulullah agar masuk Islam, tapi surat itu malah disobek dan Rasulullah
mendo’akan musnahnya kerajaan mereka dan terjadilah peristiwa itu pada masa
Khalifah Umar.
Itulah bukti sejarah dimana Allah telah menunjukkan
kepada umat manusia tentang kebenaran Nabi akhir zaman, Kelompok rasional,
Hercules I dan semua Ahli Kitab yang mengikuti Nabi Musa dan Nabi Isa, lalu
kelompok irrasional, bangsa Persi yang sangat fanatik dengan klenik.
Dari nara sumber Rasulullah inilah, kita mengetahui
siapa manusia pertama dan apa agama manusia.
Pada awal-awal surat al-Baqarah Allah menceritakan Nabi
Adam dan agama apa yang harus dia ajarkan pada manusia.
فإما يأتينكم مني هدى فمن تبع هداي فلا خوف عليهم
ولاهم يحزنون.(البقرة: 38)
“Kemudian jika datang petunjukku kepadamu
(Adam) maka barang siapa yang mengikuti petunjukku niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
Petunjuk
ini (agama), pada masa Nabi Nuh Abu al-Basyar Tsani yang merupakan Rasul
pertama kali diperjelas:
شرع لكم من
الدين ما وصّى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصّينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن
أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه.(سورة الشورى: 13).
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang
agama apa yang telah diwasiatkannya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu
tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.”
Itulah
agama orisinil manusia yang diwarisi dari para Nabi. Adapun agama selain itu
adalah bentuk-bentuk penyelewengan manusia ketika sudah jauh dari masa para
nabi seperti umat Nabi Nuh.
وقالوا لا تذرنّ آلهتكم ولا تذرن ودا ولا سواعا ولا
يغوث ويعوق ونسرا (سورة النوح: 23).
“Dan mereka berkata: jangan sekali-kali
meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan penyembahan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.”
Itulah
kemusyrikan yang terjadi pada masa Nabi Nuh yang mengakibatkan siksaan Allah,
karena Allah telah mengutus Nabi Nuh untuk berdakwah kepada mereka. Tapi mereka
tidak mempercayainya dan Nabi Nuh berdo’a ;
وقال نوح رب لا تذر على الأرض من الكافرين ديّاراً
(سورة النوح: 26).
“Nuh berkata: Ya Tuhanku ! janganlah Engkau
biarkan seorangpun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”
Setelah
banjir topan, penghuni di bumi tinggal yang ada di atas kapal Nabi Nuh. Itulah
yang beriman kepada Allah.
Lalu
pada masa Nabi Musa, bila terjadi pengingkaran terhadap ajaran para Nabi, Allah
tidak menyiksa mereka secara total, karena sudah dituruni kitab yang berfungsi
sebagai referensi umat manusia setelah ditinggal Nabi atau Rasulnya.
ولقد آتينا
موسى الكتاب من بعد ما أهلكنا القرون الأولى بصائر للناس وهدى ورحمة لعلهم
يتذكرون. (سورة القصص: 43).
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada
Musa al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi terdahulu untuk
menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat agar mereka ingat.”
Nabi
Musa adalah Rasul yang pertama kali menerima Kitab suci. Setelah umat-umat
sebelumnya dibinasakan Allah karena para Nabinya belum dibekali kitab suci
sebagai referensi problem umat manusia ketika sudah ditinggal wafat nabi-nabinya.
Nabi
Bani Israel terakhir adalah Isa as. yang dituruni kitab Injil yang memberitakan
kedatangan Nabi akhir zaman bernama Ahmad.
وإذ قال
عيسى ابن مريم يا بني إسرائيل إني رسول الله إليكم مصدقا لما بين يدي من التوراة
ومبشرا برسول يأتي من بعدي اسمه أحمد(سورة الصف: 6)
“Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam
berkata; Hai Bani Israel! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
membenarkan kitab yang turun sebelumku yaitu Taurat dan memberi kabar gembira
dengan datangnya Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad
(Muhammad).”
Dari
kitab Injil inilah, Ahli Kitab seperti Hiroqla I (Hercules I) mengetahui
sifat-sifat Nabi akhir zaman dari Bangsa Arab yang bernama Muhammad, lalu dia
tanyakan kepada Abu Sufyan tentang sifat-sifatnya seperti di atas.
Dari
Rasulullah inilah, manusia mengetahui agama orisinilnya yaitu Islam.
إن الدين عند الله الإسلام. (سورة آل عمران: 19).
“Sesungguhnya
agama yang diterima Allah adalah Islam.”
ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في
الآخرة من الخاسرين (آل عمران: 85)
“Barang siapa mencari agama selain agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah diterima agama itu daripadanya dan dia di
Akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar