Catatan terserak tentang NU

Minggu, Februari 03, 2013



Sebagian besar warga Nahdliyin yang ada saat ini, jika diamati prosesnya menjadi NU, maka sebagian besar lahir karena faktor lingkungan. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab kalau ditelisik lebih jauh kita menjadi orang beragama Islam pun juga lebih dikarenakan faktor lingkungan tersebut. Semenjak kecil kita selalu diajari solat dan mengaji di masjid atau musholla, karena Jika kita tidak sholat dan tidak ngaji maka akan dibilang masuk neraka. Proses – proses semacam inilah yang menjadikan kita NU. Ini artinya bahwa kita menjadi NU lebih karena konstruksi sosial. Karena itulah militansi dan pengetahuan waraga NU sendiri tentang NU juga berbeda – beda. Seseorang yang orang tuanya menjadi pengurus NU tentu akan mempunyai pemahaman tentang NU yang berbeda dengan yang orang tuanya bukan NU

Secara Teks, kita tahu bahwa NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 atau 14 tahun sesudah Muhammadiyah berdiri. Tetapi secara tradisi, budaya, dan cara keberagamaan, NU sudah ada sejak berabad – abad yang lalu bersamaan dengan awal perkembangan Islam di Indonesia yang disebarkan oleh Walisongo. Dalam mengembangkan dakwah Islam di Nusantara, para wali tersebut menggunakan cara – cara yang santun, pendekatan akhlaq, Uswah dan sangat menghormati semua tradisi masyarakat yang sudah ada / hadir di masyarakat. Namun demikian bukan berarti semua tradisi yang ada dianggap benar, melainkan secara perlahan – lahan dimasuki dan diganti dengan unsur – unsur Islam. Sebagai bukti adalah beberapa tradisi budaya yang saat ini masih ada di kalangan Nahdhiyyin sebagai berikut :
  1. Dalam masyarakat Syiwa – Budha ajaran Yoga tantra dari sekte Sakhta ada tradisi yang dinamakan Upacara Pancamakara / Ma – Lima / 5 M : Mamsya (daging), Matsya (ikan), Madya (Minuman keras), Maituna (bersetubuh), Mudra (semadi). Peserta upacara terdiri dari laki – laki dan perempuan membentuk lingkaran dengan telanjang pakaian. Kemudian di tengahnya terdapat makanan, lauk pauk dan Miras. Setelah makan dan mabuk kemudian saling bersetubuh dan bersemadi.
Nah, para wali kemudian mengubah upacara ini dengan tetap membentuk lingkaran tetapi makananannya diganti dengan makanan dan minuman yang halal serta tidak ada semadi tetapi diganti dengan sekian rapalan doa tahlil. Tradisi inilah yang sekarang kita kenal dengan istilah kenduri. Istilah ini sendiri berasal dari bahasa persia yaitu “ Kandhuri” yang berarti Upacara. Di persia ada Upacara Kandhuri untuk memperingati Fatimatuzzahro.
  1. Dulu masyarakat menyebut cara beribadah dengan nama “Sembah Hyang”. akan Sulit rasanya mengubah menjadi “Shalat”. Maka diganti dengan kata Sembayang.
Begitu juga kata Sanggar yang digunakan sebagai tempat sembahyang diganti dengan kata Langgar agar tidak kesulitan mengucapkan Mushalla.
Dalam Masyarakat juga ada tradisi menahan makan dan minum yang disebut Upawasa. Kata Shoum tentu sulit diterima. Maka yang digunakan adalah puasa.

Karena tradisi NU telah ada besamaan dengan masuknya Islam di Indonesia maka, Islam Khas Indonesia adalah Islam ala Nahdlatul Ulama. Sebelum NU berdiri kan sudah ada : Tasywirul afkar,  Nahdlatul Tujjar, dan Nahdlatl Wathon. Dalam mengartikan NU pun, masyarakat banyak penafsiran. Ada yang memaknai NU dengan tahlilan, ada juga yang menyebut organisasi sarungan bahkan sampai ada yang menyebut organisasi bid’ah. Namun yang sesungguhnya NU itu seperti kunci inggris. Masalah apapun, Insya Allah di NU ada jawabannya. Karena itulah NU bisa bertahan dengan tradisinya yang kaya. Tradisi di NU, jika sowan di kyai pasti diberi makan. Orang tentu akan bingung mencari caran agar tidak kenyang jika kita bertamu di rumah 11 kyai, Atau bagaimana caranya agar tamu kita yang banyak bisa makan semuanya ? Itu semua bisa terjawab  dengan  tradisi NU
Kalau kita amati dengan seksama, NU itu mempunyai beberapa kekuatan yang erat kaitannya dengan sejarah yang sangat besar di NU diantaranya : Tradisi keilmuan dan intelektual : Tradisi keilmuan di NU antara lain lewat Kitab Kuning yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Lewat kitab kuning ini pulalah berbagai macam ilmu besar dan penting diwariskan seperti Fiqih, Ushul Fiqh, Ilmu Hadits dll. Baik yang pernah di pesantran atau tidak, dalam mengaplikasikan hukum Islam bisa sempit dan bisa fleksibel karena Fiqih. Fiqh ini sudah ribuan tahun sejak jamannya imam madzhab atau kurang lebih 1400 tahun yang lalu. Hampir semua peradaban besar di muka bumi ini selalu berawal dari pemikiran besar dan sejarah tradisi yang besar. Dengan demikian, secara keilmuan, maka sebenarnya tidak ada yang mampu menandingi NU karena kompleksitas yang dipunyai NU. Dari Fiqih dan cabang ilmu – ilmu yang lainnya inilah kita memahami alquran, hadist, dll.

Dalam banyak kasus individu maupun kelompok, jika tidak ditemukan dasar hukum suatu hal pada Nash, maka yang terjadi adalah radikalisme. Tetapi ini tidak terjadi pada NU. Karena NU masih mempunyai banyak sumber lain. Yaitu jika menurut Imam syafii begini…..Imam Hanafi begini…..Dll. Jika kita sering merasa tertinggal dan merasa tidak modern dibanding orang lain, sebenarnya karena pendekatan kita yang sudah sangat liberal. Sehingga ketika melihat tradisi kita, akan ada rasa seperti tertinggal. Di sinilah sebenarnya kita (baca : NU ) itu sudah lebih modern dibanding dengan kaum modernis. Dalam memandang keberadaan kyai yang notabenenya merupakan penjaga gawang moral NU pun, akhir – akhir ini kita sering agak miring. Padahal jika tercermati secara mendalam, maka kita akan mengetahui bahwa kyai adalah tokoh pembaharu masyarakat. Coba aja Baca buku ” Kyai nyentrik” : Di sana akan ketemu Betapa banyak kyai yang pemikiannya mendahului jamannya. Kenapa kita memandang kolot ?, itu karena cara berpikir kita saja. NU jauh lebih maju dari yang lain. Ketika Masyumi atau yang lain tidak bisa mendirikan dan menerima Pancasila, maka mereka memberontak. Tapi NU yang dituduh ketingglan jaman justru bisa merumuskan pancasila tanpa kehilangan identitasnya. Meskipun NU selalu tampak reaksioner ( ketika ada masalah baru bisa menanggapi ) tetapi justru di sinilah letak Jiwa besar dan betapa penuh pertimbangan jika NU mau memutuskan persoalan besar yang berhubungan dengan ummat agar ummat tidak terjerumus.


Survive Nahdlatul Ulama’ hingga hari ini juga tidak lepas dari beberapa watak yang dimiliki  NU di antaranya :
  1. Kosmopolitan : Menerima budaya dari peradaban lain. Sehingga NU bisa menyatu dengan banyak masyarakat. Orang NU lebih bisa menyatu dengan tetangga sekitar. Pondasi yang kuat NU lebih bisa menerima perubahan tanpa terjadi guncangan di internal. Kenapa NU bisa gampang beradaptasi ? Karena NU punya Fiqih yang menjadi mazhab qoulnya. Memang dalam suatu waktu kadang fiqih ini tidak bisa menjawab, maka yang dipakai adalah usul fiqih tau qa’idah fiqh.
  2. Watak Transformatif :  Selalu punya kekuatan untuk mengubah masyarkat walaupun secara perlahan-lahan.
  3. Mediatik : Bisa  menjadi jembatan terhadap dua ideologi yang bertentangan. Contoh kasus terpilihnya Gus Dur sebagai presiden dianggap sebagai pihak tengah – tengah yang bisa memediasi semua kepentingan. (di NU kan ada ungkapan Barokah. Misalnya habis dimarahi kyai malah jadi pintar)

Selain itu, dilihat dari sumbangsih terhadap tegaknya bangsa ini, NU mempunyai andil yang sangat besar dan tak ternilai harganya oleh bangsa ini:
1.    Pada tahun 1938, jauh sebelum Negeri ini merdeka, KH Hasyim Asy’ari sudah memberi STATUS TEOLOGIS atas Hindia Belanda ini dengan memberi nama DARUL ISLAM ( Daerah Muslim )  Karenanya jika didapati mpoint dimanapun harus diurus sebagaimana mpoint muslim, terlepas apapun latar belakang, termasuk berbeda agama sekalipun.
  1. Tahun 1945 NU juga punya andil besar menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan. Tepatnya ketika terjadi perbedaan pendapat dan kepentingan pada saat merumuskan dasar negara. Kelompok Indonesia bagian timur meminta 7 Kata dalam piagam Jakarta untuk dihapus. Sementara dari kalangan Islam kanan modernis menginginkan tetap dipertahankan. Dengan gaya lobi yang khas akhirnya Wahid hasyim ( yang mewakili NU ) menjadi pelopor untuk menghilangkan 7 kata tersebut dengan asumsi jika tidak dihapus maka Indonesia akan kehilangan sebagian besar wilayahnya.
  2. Pada 22 oktober 1945 muncul yang namanya RESOLUSI JIHAD. ketika tentara sekutu datang lewat pelabuhan dengan diboncengi NICA, para pemimpin militer Indonesia yang alumni KNIL masih dalam kondisi ragu – ragu. Bahkan Bung Karno pun bingung mengambil sikap meskipun pada akhirnya Sukarno memilih jalan diplomasi dengan sekutu. Melihat situasi ini maka pada tanggal 21-22 Okober Kyai – kyai NU berkumpul di surabaya untuk membahas status fiqih Indonesia yang diproklamasikan oleh Sukarno Hatta. Hasil musyawarah tersebut antara lain diputuskan NKRI tersebut adalah sah secara fiqih. Ini artinya Indonesia yang berdasar Pancasila UUD sah secara Fiqh. Hasil musyawarah inilah yang menjadi rujukan bagi NU menerima Pancasila sebagai asas. Karena itu,  umat Islam wajib membela dan mempertahankan. Maka KH Hasyim asy’ari mengumumkan kepada seluruh ummat Islam sejauh radius 100 KM dari kota Surabaya wajib hukumnya untuk mengangkat senjata guna mengusir NICA. Inilah yang dinamakan RESOLUSI JIHAD. Ini terjadi saat bangsa Indonesia ragu-ragu, antara melawan atau berunding.
  3. Awal Dasawarsa 80 an Pemerintah Orde Baru mengeluarkan undang – undketika NU menjadi ormas pertama yang mng tentang Asas Tunggal Pancasila bagi semua ormas.Waktu itu hampir semua ormas Islam menolak Asas tunggal pancasila. Maka pada tahun 1993/1994 an tampillah NU menjadi ormas pertama yang memberikan penilaian bahwa Pancasila merupakan cerminan dari Islam itu sendiri sehingga sah menjadi asas tunggal.

Dengan demikian maka sesungguhnya Nahdlatul Ulama dalam perjalanan sejarahnya tidak pernah punya masalah dengan bangsa dan Negara ini. Bahkan NU selalu menjadi Tameng di saat bangsa ini mengalami masa – masa sulit. Melihat jasa NU yang sedemikian besar tersebut, mestinya orang lain tidak perlu ribut dengan keberadaan NU. Kalau dihitung secara matematis, sebenarnya NU berhak mendapatkan tanda jasa yang lebih besar dari kelompok lain. NU adalah pewaris sah tahta negara Pancasila ini. Tetapi hari ini kenapa tradisi kita, NU secara intelektual, ekonomi dan politik selalu dipinggirkan ?? Padahal kita memiliki semua.

Karenanya tidak ada alasan untuk minder sebagai warga NU, kita berhak menjadi apapun di negeri ini. Di sini sudah dibicarakan NU sebagai organisasi yang mempunyai historis sangat mantap, coba cerita tentang Ormas yang lain. Sulit ditemukan sumbangan sejarah yang besar terhadap bangsa ini sebagaimana yang dimiliki NU. Hal yang sangat tragis NU tidak pernah mendapat perhargaan dari pemerintah. Ini dapat berdampak pada menipisnya rasa nasionalisme NU meskipun hal itu tidak akan pernah terjadi. Yang lebih tragis lagi ada orang bilang NU adalah organ yang tidak punya pijakan. Suatu saat sepakat dengan pemerintah, tapi di lain pihak tidak. Kita juga banyak menjumpai orang yang malu mengakui sebagai warga NU. Secara otokritik kita memang harus mawas diri akan Sumber daya Manusia di NU. Tetapi juga harus dipahami bahwa kita harus melihat sejarah indonesia secara struktural ; dengan melihat ini kita bisa paham kenapa NU menjadi begitu ? ….Karena sejarah mulai mengalami penyimpangan ketika masuk kolonialisme abad ke 17, kehidupan yang normal biasa menjadi berubah ketika kompeni masuk.

  1. Politik kependudukan belanda. (Kolonialisme), yang membagi masyarakat menjadi 3 kelas :
ü  Masyarakat barat.
ü  Masyarakat Timur asing.
ü  Inlander / Pribumi.
Kita sebagai pribumi justru menempati kelas 3. Akibatnya banyak orang yang berusaha untuk naik kelas dengan cara Marsose, yaitu mengabdi kepada Belanda. Ini adalah patahan sejarah pertama yang membuat tradisi kita tersingkir.
  1. Politik Etis : Politik balas budinya Belanda terhadap orang Indonesia. Hal ini antara lain dengan dibukanya sekolah untuk pribumi. Tapi itu juga hanya bisa dinikmati oleh dan untuk kalangan priyayi sehingga masyarakat kelas bawah ( baca : NU ) tetap tidak bisa menikmati akses kebijakan politik tersebut
  2. RERA 1948 : ( Reorganisasi dan Rasionalisasi tentara ). Maksudnya adalah perampingan dan penertiban tentara. Ada aturan bagi anggota tentara yang tidak berijazah tidak bisa masuk tentara. Padahal saat itu tentara terdiri atas bekas PETA, KNIL dan Laskar kiri serta laskar kanan. Ini terjadi pada saat kabinet Hatta. Syaratya harus punya ijasah SD. Kondisi saat itu, orang NU terutama yang tergabung dalam laskar tidak mepunyai ijasah. Karena dari Pesantren. Maka tidak heran jika sekarang tidak bisa kita dapati ada jendral dari NU.
  3. Developmentalis Orba. Indusrtri dikejar dulu. Sektor pertanian sedikit tidak diurus. Asumsinya setelah 25 tahun kita chek out/ tinggal landas masyarakat akan maju dan makmur. Tetapi efek dari industri maju, pertanian ketinggalan. Lagi lagi yang menjadi korban adalah warga NU yang sebagian besar hidup di daerah pinggiran / desa dengan mata pencaharian sebagai petani. Padahal kalau pemerintah mau menggarap sektor pertanian secara serius, negeri ini mempunyai potensi tanah yang sangat bagus. Bandingkan dengan Cina yang sebagian besar wilayah pertaniannya berasal dari tanah kapur. Tapi pertanian di sana sangat maju.
  4. Fusi Partai tahun 1973 dari 10 Parpol hanya menjadi yaitu : PDI, Golkar dan PPP. Hal ini kita tengarai sebagai upaya Penyingkiran pemerintah terhadap NU ( ingat : Tahun 1955 NU Juara ke 4 Pemilu) tahun 1971 juara 2.
Akhirnya Pada masa orba, banyak tokoh – tokoh malu mengaku NU. Karena takut. Takut tidak naik pangkat dll. (pol etis 1960-1970 an). Depag juga didesain untuk menyingkirkan NU. Hanya baru beberapa tahun terakhir saja kita bisa menikmati bupati NU. Itu pun bukan karena birokrasi, tapi karena sistem pemilu yang langsung dipilih oleh rakyat.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

 

Facebook Gue