Sebagian besar warga Nahdliyin yang ada saat ini, jika diamati
prosesnya menjadi NU, maka sebagian besar lahir karena faktor
lingkungan. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab kalau ditelisik lebih
jauh kita menjadi orang beragama Islam pun juga lebih dikarenakan faktor
lingkungan tersebut. Semenjak kecil kita selalu diajari solat dan
mengaji di masjid atau musholla, karena Jika kita tidak sholat dan tidak
ngaji maka akan dibilang masuk neraka. Proses – proses semacam inilah
yang menjadikan kita NU. Ini artinya bahwa kita menjadi NU lebih karena
konstruksi sosial. Karena itulah militansi dan pengetahuan waraga NU
sendiri tentang NU juga berbeda – beda. Seseorang yang orang tuanya
menjadi pengurus NU tentu akan mempunyai pemahaman tentang NU yang
berbeda dengan yang orang tuanya bukan NU
Secara Teks, kita tahu bahwa NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926
atau 14 tahun sesudah Muhammadiyah berdiri. Tetapi secara tradisi,
budaya, dan cara keberagamaan, NU sudah ada sejak berabad – abad yang
lalu bersamaan dengan awal perkembangan Islam di Indonesia yang
disebarkan oleh Walisongo. Dalam
mengembangkan dakwah Islam di Nusantara, para wali tersebut menggunakan
cara – cara yang santun, pendekatan akhlaq, Uswah dan sangat menghormati
semua tradisi masyarakat yang sudah ada / hadir di masyarakat. Namun
demikian bukan berarti semua tradisi yang ada dianggap benar, melainkan
secara perlahan – lahan dimasuki dan diganti dengan unsur – unsur Islam.
Sebagai bukti adalah beberapa tradisi budaya yang saat ini masih ada di
kalangan Nahdhiyyin sebagai berikut :
- Dalam masyarakat Syiwa – Budha ajaran Yoga tantra dari sekte Sakhta ada tradisi yang dinamakan Upacara Pancamakara / Ma – Lima / 5 M : Mamsya (daging), Matsya (ikan), Madya (Minuman keras), Maituna (bersetubuh), Mudra (semadi). Peserta upacara terdiri dari laki – laki dan perempuan membentuk lingkaran dengan telanjang pakaian. Kemudian di tengahnya terdapat makanan, lauk pauk dan Miras. Setelah makan dan mabuk kemudian saling bersetubuh dan bersemadi.
Nah, para wali kemudian mengubah upacara ini dengan tetap membentuk
lingkaran tetapi makananannya diganti dengan makanan dan minuman yang
halal serta tidak ada semadi tetapi diganti dengan sekian rapalan doa
tahlil. Tradisi inilah yang sekarang kita kenal dengan istilah kenduri. Istilah ini sendiri berasal dari bahasa persia yaitu “ Kandhuri” yang berarti Upacara. Di persia ada Upacara Kandhuri untuk memperingati Fatimatuzzahro.
- Dulu masyarakat menyebut cara beribadah dengan nama “Sembah Hyang”. akan Sulit rasanya mengubah menjadi “Shalat”. Maka diganti dengan kata Sembayang.
Begitu juga kata Sanggar yang digunakan sebagai tempat sembahyang diganti dengan kata Langgar agar tidak kesulitan mengucapkan Mushalla.
Dalam Masyarakat juga ada tradisi menahan makan dan minum yang disebut Upawasa. Kata Shoum tentu sulit diterima. Maka yang digunakan adalah puasa.
Karena tradisi NU telah ada besamaan dengan masuknya Islam di
Indonesia maka, Islam Khas Indonesia adalah Islam ala Nahdlatul Ulama.
Sebelum NU berdiri kan sudah ada : Tasywirul afkar, Nahdlatul Tujjar,
dan Nahdlatl Wathon. Dalam mengartikan NU pun, masyarakat banyak
penafsiran. Ada yang memaknai NU dengan tahlilan, ada juga yang menyebut
organisasi sarungan bahkan sampai ada yang menyebut organisasi bid’ah.
Namun yang sesungguhnya NU itu seperti kunci inggris. Masalah apapun,
Insya Allah di NU ada jawabannya. Karena itulah NU bisa bertahan dengan
tradisinya yang kaya. Tradisi di NU, jika sowan di kyai pasti diberi
makan. Orang tentu akan bingung mencari caran agar tidak kenyang jika
kita bertamu di rumah 11 kyai, Atau bagaimana caranya agar tamu kita
yang banyak bisa makan semuanya ? Itu semua bisa terjawab dengan
tradisi NU
Kalau kita amati dengan seksama, NU itu mempunyai beberapa kekuatan
yang erat kaitannya dengan sejarah yang sangat besar di NU diantaranya :
Tradisi keilmuan dan intelektual : Tradisi keilmuan di NU antara lain
lewat Kitab Kuning yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke
generasi. Lewat kitab kuning ini pulalah berbagai macam ilmu besar dan
penting diwariskan seperti Fiqih, Ushul Fiqh, Ilmu Hadits dll. Baik yang
pernah di pesantran atau tidak, dalam mengaplikasikan hukum Islam bisa
sempit dan bisa fleksibel karena Fiqih. Fiqh ini sudah ribuan tahun
sejak jamannya imam madzhab atau kurang lebih 1400 tahun yang lalu.
Hampir semua peradaban besar di muka bumi ini selalu berawal dari
pemikiran besar dan sejarah tradisi yang besar. Dengan demikian, secara
keilmuan, maka sebenarnya tidak ada yang mampu menandingi NU karena
kompleksitas yang dipunyai NU. Dari Fiqih dan cabang ilmu – ilmu yang
lainnya inilah kita memahami alquran, hadist, dll.
Dalam banyak kasus individu maupun kelompok, jika tidak ditemukan
dasar hukum suatu hal pada Nash, maka yang terjadi adalah radikalisme.
Tetapi ini tidak terjadi pada NU. Karena NU masih mempunyai banyak
sumber lain. Yaitu jika menurut Imam syafii begini…..Imam Hanafi
begini…..Dll. Jika kita sering merasa tertinggal dan merasa tidak modern
dibanding orang lain, sebenarnya karena pendekatan kita yang sudah
sangat liberal. Sehingga ketika melihat tradisi kita, akan ada rasa
seperti tertinggal. Di sinilah sebenarnya kita (baca : NU ) itu sudah
lebih modern dibanding dengan kaum modernis. Dalam memandang keberadaan
kyai yang notabenenya merupakan penjaga gawang moral NU pun, akhir –
akhir ini kita sering agak miring. Padahal jika tercermati secara
mendalam, maka kita akan mengetahui bahwa kyai adalah tokoh pembaharu
masyarakat. Coba aja Baca buku ” Kyai nyentrik” : Di sana akan ketemu
Betapa banyak kyai yang pemikiannya mendahului jamannya. Kenapa kita
memandang kolot ?, itu karena cara berpikir kita saja. NU jauh lebih
maju dari yang lain. Ketika Masyumi atau yang lain tidak bisa mendirikan
dan menerima Pancasila, maka mereka memberontak. Tapi NU yang dituduh
ketingglan jaman justru bisa merumuskan pancasila tanpa kehilangan
identitasnya. Meskipun NU selalu tampak reaksioner ( ketika ada masalah
baru bisa menanggapi ) tetapi justru di sinilah letak Jiwa besar dan
betapa penuh pertimbangan jika NU mau memutuskan persoalan besar yang
berhubungan dengan ummat agar ummat tidak terjerumus.
Survive Nahdlatul Ulama’ hingga hari ini juga tidak lepas dari beberapa watak yang dimiliki NU di antaranya :
- Kosmopolitan : Menerima budaya dari peradaban lain. Sehingga NU bisa menyatu dengan banyak masyarakat. Orang NU lebih bisa menyatu dengan tetangga sekitar. Pondasi yang kuat NU lebih bisa menerima perubahan tanpa terjadi guncangan di internal. Kenapa NU bisa gampang beradaptasi ? Karena NU punya Fiqih yang menjadi mazhab qoulnya. Memang dalam suatu waktu kadang fiqih ini tidak bisa menjawab, maka yang dipakai adalah usul fiqih tau qa’idah fiqh.
- Watak Transformatif : Selalu punya kekuatan untuk mengubah masyarkat walaupun secara perlahan-lahan.
- Mediatik : Bisa menjadi jembatan terhadap dua ideologi yang bertentangan. Contoh kasus terpilihnya Gus Dur sebagai presiden dianggap sebagai pihak tengah – tengah yang bisa memediasi semua kepentingan. (di NU kan ada ungkapan Barokah. Misalnya habis dimarahi kyai malah jadi pintar)
Selain itu, dilihat dari sumbangsih terhadap tegaknya bangsa ini, NU
mempunyai andil yang sangat besar dan tak ternilai harganya oleh bangsa
ini:
1. Pada tahun 1938, jauh sebelum Negeri ini merdeka, KH Hasyim
Asy’ari sudah memberi STATUS TEOLOGIS atas Hindia Belanda ini dengan
memberi nama DARUL ISLAM ( Daerah Muslim ) Karenanya jika didapati
mpoint dimanapun harus diurus sebagaimana mpoint muslim, terlepas apapun
latar belakang, termasuk berbeda agama sekalipun.
- Tahun 1945 NU juga punya andil besar menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan. Tepatnya ketika terjadi perbedaan pendapat dan kepentingan pada saat merumuskan dasar negara. Kelompok Indonesia bagian timur meminta 7 Kata dalam piagam Jakarta untuk dihapus. Sementara dari kalangan Islam kanan modernis menginginkan tetap dipertahankan. Dengan gaya lobi yang khas akhirnya Wahid hasyim ( yang mewakili NU ) menjadi pelopor untuk menghilangkan 7 kata tersebut dengan asumsi jika tidak dihapus maka Indonesia akan kehilangan sebagian besar wilayahnya.
- Pada 22 oktober 1945 muncul yang namanya RESOLUSI JIHAD. ketika tentara sekutu datang lewat pelabuhan dengan diboncengi NICA, para pemimpin militer Indonesia yang alumni KNIL masih dalam kondisi ragu – ragu. Bahkan Bung Karno pun bingung mengambil sikap meskipun pada akhirnya Sukarno memilih jalan diplomasi dengan sekutu. Melihat situasi ini maka pada tanggal 21-22 Okober Kyai – kyai NU berkumpul di surabaya untuk membahas status fiqih Indonesia yang diproklamasikan oleh Sukarno Hatta. Hasil musyawarah tersebut antara lain diputuskan NKRI tersebut adalah sah secara fiqih. Ini artinya Indonesia yang berdasar Pancasila UUD sah secara Fiqh. Hasil musyawarah inilah yang menjadi rujukan bagi NU menerima Pancasila sebagai asas. Karena itu, umat Islam wajib membela dan mempertahankan. Maka KH Hasyim asy’ari mengumumkan kepada seluruh ummat Islam sejauh radius 100 KM dari kota Surabaya wajib hukumnya untuk mengangkat senjata guna mengusir NICA. Inilah yang dinamakan RESOLUSI JIHAD. Ini terjadi saat bangsa Indonesia ragu-ragu, antara melawan atau berunding.
- Awal Dasawarsa 80 an Pemerintah Orde Baru mengeluarkan undang – undketika NU menjadi ormas pertama yang mng tentang Asas Tunggal Pancasila bagi semua ormas.Waktu itu hampir semua ormas Islam menolak Asas tunggal pancasila. Maka pada tahun 1993/1994 an tampillah NU menjadi ormas pertama yang memberikan penilaian bahwa Pancasila merupakan cerminan dari Islam itu sendiri sehingga sah menjadi asas tunggal.
Dengan demikian maka sesungguhnya Nahdlatul Ulama dalam perjalanan
sejarahnya tidak pernah punya masalah dengan bangsa dan Negara ini.
Bahkan NU selalu menjadi Tameng di saat bangsa ini mengalami masa – masa
sulit. Melihat jasa NU yang sedemikian besar tersebut, mestinya orang
lain tidak perlu ribut dengan keberadaan NU. Kalau dihitung secara
matematis, sebenarnya NU berhak mendapatkan tanda jasa yang lebih besar
dari kelompok lain. NU adalah pewaris sah tahta negara Pancasila ini.
Tetapi hari ini kenapa tradisi kita, NU secara intelektual, ekonomi dan
politik selalu dipinggirkan ?? Padahal kita memiliki semua.
Karenanya tidak ada alasan untuk minder sebagai warga NU, kita berhak
menjadi apapun di negeri ini. Di sini sudah dibicarakan NU sebagai
organisasi yang mempunyai historis sangat mantap, coba cerita tentang
Ormas yang lain. Sulit ditemukan sumbangan sejarah yang besar terhadap
bangsa ini sebagaimana yang dimiliki NU. Hal yang sangat tragis NU tidak
pernah mendapat perhargaan dari pemerintah. Ini dapat berdampak pada
menipisnya rasa nasionalisme NU meskipun hal itu tidak akan pernah
terjadi. Yang lebih tragis lagi ada orang bilang NU adalah organ yang
tidak punya pijakan. Suatu saat sepakat dengan pemerintah, tapi di lain
pihak tidak. Kita juga banyak menjumpai orang yang malu mengakui sebagai
warga NU. Secara otokritik kita memang harus mawas diri akan Sumber
daya Manusia di NU. Tetapi juga harus dipahami bahwa kita harus melihat
sejarah indonesia secara struktural ; dengan melihat ini kita bisa paham
kenapa NU menjadi begitu ? ….Karena sejarah mulai mengalami
penyimpangan ketika masuk kolonialisme abad ke 17, kehidupan yang normal
biasa menjadi berubah ketika kompeni masuk.
- Politik kependudukan belanda. (Kolonialisme), yang membagi masyarakat menjadi 3 kelas :
ü Masyarakat barat.
ü Masyarakat Timur asing.
ü Inlander / Pribumi.
Kita sebagai pribumi justru menempati kelas 3. Akibatnya banyak orang yang berusaha untuk naik kelas dengan cara Marsose, yaitu mengabdi kepada Belanda. Ini adalah patahan sejarah pertama yang membuat tradisi kita tersingkir.
- Politik Etis : Politik balas budinya Belanda terhadap orang Indonesia. Hal ini antara lain dengan dibukanya sekolah untuk pribumi. Tapi itu juga hanya bisa dinikmati oleh dan untuk kalangan priyayi sehingga masyarakat kelas bawah ( baca : NU ) tetap tidak bisa menikmati akses kebijakan politik tersebut
- RERA 1948 : ( Reorganisasi dan Rasionalisasi tentara ). Maksudnya adalah perampingan dan penertiban tentara. Ada aturan bagi anggota tentara yang tidak berijazah tidak bisa masuk tentara. Padahal saat itu tentara terdiri atas bekas PETA, KNIL dan Laskar kiri serta laskar kanan. Ini terjadi pada saat kabinet Hatta. Syaratya harus punya ijasah SD. Kondisi saat itu, orang NU terutama yang tergabung dalam laskar tidak mepunyai ijasah. Karena dari Pesantren. Maka tidak heran jika sekarang tidak bisa kita dapati ada jendral dari NU.
- Developmentalis Orba. Indusrtri dikejar dulu. Sektor pertanian sedikit tidak diurus. Asumsinya setelah 25 tahun kita chek out/ tinggal landas masyarakat akan maju dan makmur. Tetapi efek dari industri maju, pertanian ketinggalan. Lagi lagi yang menjadi korban adalah warga NU yang sebagian besar hidup di daerah pinggiran / desa dengan mata pencaharian sebagai petani. Padahal kalau pemerintah mau menggarap sektor pertanian secara serius, negeri ini mempunyai potensi tanah yang sangat bagus. Bandingkan dengan Cina yang sebagian besar wilayah pertaniannya berasal dari tanah kapur. Tapi pertanian di sana sangat maju.
- Fusi Partai tahun 1973 dari 10 Parpol hanya menjadi yaitu : PDI, Golkar dan PPP. Hal ini kita tengarai sebagai upaya Penyingkiran pemerintah terhadap NU ( ingat : Tahun 1955 NU Juara ke 4 Pemilu) tahun 1971 juara 2.
Akhirnya Pada masa orba, banyak tokoh – tokoh malu mengaku NU. Karena
takut. Takut tidak naik pangkat dll. (pol etis 1960-1970 an). Depag
juga didesain untuk menyingkirkan NU. Hanya baru beberapa tahun terakhir
saja kita bisa menikmati bupati NU. Itu pun bukan karena birokrasi,
tapi karena sistem pemilu yang langsung dipilih oleh rakyat.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar