Tak Selalu Seindah Pelangi

Selasa, Juli 19, 2011

Sore hari di apangan ujung desa. Keriuhan terdengar dari bibir anak-anak yang sedang bermain. Ada yang bermain voli, atau hanya berkejar-kejaran. Dua ekor kerbau dibiarkan saja merumput. Seorang anak mengendap-endap mendekati seekor kerbau. Dan … hap ia berhasil mendarat aman di punggung si kerbau. Si kerbau dengan acuh tak peduli dan meneruskan merumput dengan tenang. Sang surya mulai condong di langit barat. Angin bertiup lembut membawa sekumpulan mendung. Tiba-tiba gerimis hadir. Turun dengan pelan membasahi bumi. Anak-anak tak beranjak pulang. Mereka tetap saja bermain dan malah bersorak saat melihat warna-warni indah muncul di kaki bukit. Semburat bianglala mewarnai angkasa. Penuh warna.
Gerimis berhenti beberapa saat kemudian. Sayangnya ia turut membawa pergi si bianglala. Hilang begitu saja. Seakan-akan ia tak pernah ada. Sorak sorai anak-anak pun berhenti saat ia pergi. Mereka berharap bisa menyaksikan pelangi itu lebih lama tapi ia keburu lenyap saat gerimis mereda.
 

Dalam menjalani hari, tak jarang sesuatu yang tidak diharapkan terjadi itu hadir. Seorang petani yang menabur benih padi di sawah berharap hanya menuai padi saja di akhir musim. Begitu tanaman itu tumbuh, berbagai tanaman lain bermunculan. Meskipun si petani tidak menanamnya. Tapi rumput, semanggi, dan mungkin bahkan enceng ikut meramaikan ladangnya.

Saat rencana untuk bepergian sudah matang, sesuatu terjadi dan menggagalkannya. Tepat di hari-H beberapa peserta tidak bisa hadir. Ada kepentingan lain yang mendadak datang dan tidak bisa dihindari. Kekecewaan menyebar saat acara tak terlaksana. Di waktu yang berbeda, sekelompok anak berjanji untuk bertemu. Tempat dan hari sudah disepakati. Tapi ternyata apa yang terjadi sama sekali diluar dugaan. Mereka baru bisa bertemu saat sinar merah menerangi langit barat. Saat lampu-lampu taman menyala. Padahal mereka berada di tempat yang sama. Di gedung yang sama. Pada waktu yang sama. Jarak yang memisahkan mereka hanya setinggi 3 m antara lantai 1 ke lantai 2. Tapi begitulah, mereka baru bisa berkumpul saat sepenggal hari hendak berganti.

Sungguh apapun yang terjadi menunjukkan bahwa Alloh itu ada. Ia berkuasa atas segalanya. Dan telah bertindak sekehendak-Nya. Tidak jarang ketentuan-Nya sangat berbeda dengan apa yang kita harapkan. Mengecewakan atau bahkan membuat kita berduka. Tapi saat kita sedih, kecewa, marah, ataupun terluka ketentuan yang telah Alloh tetapkan takkan berubah. Matahari tetap terbit di ufuk timur. Pasang surut air laut tetap terjadi. Hari-hari terus bergulir. Waktu terus berjalan dan tak pernah kembali. Kita tidak bisa menghentikannya sesuai kehendak kita. Meskipun apa yang terjadi tak selalu seindah mimpi. Tak selalu seindah pelangi.

Tapi kita bisa mewarnai hati ini dengan menerima dengan ikhlas dan rela atas ketentuan-Nya itu. Itu akan membantu menyembuhkan segala rasa. Menutup kekecewaan yang ada. Dan bahkan mungkin diantara badai hati kita akan muncul seberkas pelangi yang indah di sana. Bagaimanapun kita hanyalah hamba dan Allohlah yang berkuasa.
Ditulis saat Hati sedang gerimis



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

 

Facebook Gue